75 Persen Kebutaan Dapat Dicegah
Sekitar
75 persen kebutaan dapat dicegah dan diatasi. Hanya saja, pengenalan
dan deteksi dini terhadap masalah gangguan mata kerap terlewatkan.
Hal itu terungkap dalam acara workshop kesehatan indera penglihatan bertema "Mata Sehat di Segala Usia untuk Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia", Kamis (11/10/2012) di Jakarta. Acara itu diselenggarakan dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) yang diperingati setiap Kamis minggu kedua pada bulan Oktober.
Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan, Dedi Kuswenda, mengatakan, terdapat empat masalah mata yang menjadi prioritas karena menyebabkan kebutaan yakni katarak, kelainan refraksi, glaukoma, dan xeroftalmia. Sebagian besar kebutaan yang disebabkan gangguan-gangguan pada mata itu dapat dicegah, diperlambat, dan penglihatan direhabilitasi jika ditangani dengan sesegera mungkin.
"Kebutaan karena katarak, misalnya, dapat diatasi dengan operasi katarak," ujar Dedi .
Begitu juga xeroftalmia yakni penyakit akibat kekurangan vitamin A yang dapat dicegah dengan pemenuhan kebutuhan vitamin A dan koreksi penglihatan pada kelainan refraksi dengan menggunakan kaca mata. Sedangkan, pada glaukoma, penanganan yang terlambat dapat mengakibatkan kebutaan permanen atau tidak dapat lagi dikoreksi.
Salah satu pembicara, dokter spesialis mata dari RSUPN Ciptomangunkusumo, Virna Dwi Oktariana mengatakan, penanganan sesegera mungkin dengan obat, laser, dan operasi pada kasus glaukoma (peningkatan tekanan pada bola mata) dapat mencegah kerusakan yang lebih lanjut .
Namun, terkadang penderita gangguan pada mata datang terlambat sehingga terjadi kebutaan permanen. Glaukoma disebabkan antara lain oleh trauma, peradangan mata, obat yang mengandung steroid, katarak hipermatur, dan komplikasi penyakit sistematik.
Hanya saja, sebagian besar masyarakat Indonesia yang mengalami kebutaan kekurangan informasi, takut mengalami tindakan medis, atau kesulitan mengakses fasilitas kesehatan karena kesulitan geografis atau ekonomi.
Tahun ini, WHO tidak menetapkan tema khusus, masing-masing negara dibebaskan memilih tema masing-masing sesuai deng an permasalahan utama tentang kesehatan mata yang ingin diangkat oleh negara itu. Tujuan diperingatinya World Sight Day adalah meningkatkan ke sadaran masyarakat bahwa gangguan penglihatan dan kebutaan ini dapat dicegah, diobati, dan direhabilitasi. Selain itu, peringatan itu bertujuan mengadvokasi pemangku kebijakan mulai dari pusat hingga daerah agar masalah kebut aan ini menjadi perhatian.
Hal itu terungkap dalam acara workshop kesehatan indera penglihatan bertema "Mata Sehat di Segala Usia untuk Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia", Kamis (11/10/2012) di Jakarta. Acara itu diselenggarakan dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) yang diperingati setiap Kamis minggu kedua pada bulan Oktober.
Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan, Dedi Kuswenda, mengatakan, terdapat empat masalah mata yang menjadi prioritas karena menyebabkan kebutaan yakni katarak, kelainan refraksi, glaukoma, dan xeroftalmia. Sebagian besar kebutaan yang disebabkan gangguan-gangguan pada mata itu dapat dicegah, diperlambat, dan penglihatan direhabilitasi jika ditangani dengan sesegera mungkin.
"Kebutaan karena katarak, misalnya, dapat diatasi dengan operasi katarak," ujar Dedi .
Begitu juga xeroftalmia yakni penyakit akibat kekurangan vitamin A yang dapat dicegah dengan pemenuhan kebutuhan vitamin A dan koreksi penglihatan pada kelainan refraksi dengan menggunakan kaca mata. Sedangkan, pada glaukoma, penanganan yang terlambat dapat mengakibatkan kebutaan permanen atau tidak dapat lagi dikoreksi.
Salah satu pembicara, dokter spesialis mata dari RSUPN Ciptomangunkusumo, Virna Dwi Oktariana mengatakan, penanganan sesegera mungkin dengan obat, laser, dan operasi pada kasus glaukoma (peningkatan tekanan pada bola mata) dapat mencegah kerusakan yang lebih lanjut .
Namun, terkadang penderita gangguan pada mata datang terlambat sehingga terjadi kebutaan permanen. Glaukoma disebabkan antara lain oleh trauma, peradangan mata, obat yang mengandung steroid, katarak hipermatur, dan komplikasi penyakit sistematik.
Hanya saja, sebagian besar masyarakat Indonesia yang mengalami kebutaan kekurangan informasi, takut mengalami tindakan medis, atau kesulitan mengakses fasilitas kesehatan karena kesulitan geografis atau ekonomi.
Tahun ini, WHO tidak menetapkan tema khusus, masing-masing negara dibebaskan memilih tema masing-masing sesuai deng an permasalahan utama tentang kesehatan mata yang ingin diangkat oleh negara itu. Tujuan diperingatinya World Sight Day adalah meningkatkan ke sadaran masyarakat bahwa gangguan penglihatan dan kebutaan ini dapat dicegah, diobati, dan direhabilitasi. Selain itu, peringatan itu bertujuan mengadvokasi pemangku kebijakan mulai dari pusat hingga daerah agar masalah kebut aan ini menjadi perhatian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar