Nyeri Pinggang Tidak Hanya Masalah Tulang
Rasa nyeri, terutama di daerah tulang belakang bawah, seperti di pinggang, bukan semata masalah pada tulang belakang.
Nyeri di pinggang tidak semata disebabkan masalah pada tulang belakang bawah. Agar dapat ditangani dengan baik, harus diketahui sumber nyerinya.Hal itu mengemuka dalam simposium Orthopaedic Update yang diselenggarakan Ramsay Healthcare Indonesia, Selasa (25/9), di Jakarta. Dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatologi dari RS Fatmawati, yang juga bergabung dalam Team Spine Doctor RS Premier Bintaro Lutfhi Gatam mengatakan, nyeri tulang belakang terbagi atas nyeri tulang belakang bagian bawah dan (low back pain) dan nyeri tulang atas alias nyeri leher (neck pain).
Rasa nyeri, terutama di daerah tulang belakang bawah, seperti di pinggang, bukan semata masalah pada tulang belakang. Beberapa faktor penyebab adalah masalah sistem pencernaan (pankreatis), sistem reproduksi (endometriosis), urogenital, dan ginjal. Tumor dan masalah pembuluh darah (aneurisma aorta) juga bisa menimbulkan nyeri pada daerah tulang belakang bawah.
Keluhan juga dapat disebabkan gangguan kejiwaan, seperti depresi. Penderita merasakan sakit tulang belakang bawah, padahal secara anatomis tidak ditemukan kelainan. Untuk mengatasi rasa nyeri, dibutuhkan diagnosis yang tepat dan diatasi sumber masalahnya.
Menurut Luthfi, penyebab tersering nyeri tulang belakang adalah masalah pada sistem muskuloskeletal, yakni tulang belakang dan jaringan penunjang dan sekitarnya. Pada orang dengan usia tua, risiko menjadi lebih besar.
"Tulang belakang menjadi tua dan tidak stabil, kadang bergeser. Syaraf dapat pula tertekan oleh tulang dan mengirim sinyal nyeri," ujarnya. Empat dari lima orang dewasa akan mengalami nyeri tulang belakang paling tidak sekali dalam hidupnya.
Kebanyakan nyeri tulang belakang bawah dapat dengan aman dan efektif diobati setelah diketahui penyebabnya. Untuk kasus tertentu, obat-obatan dan istirahat bisa mengurangi nyeri. Sakit akan hilang setalah 2-3 minggu. Setelah nyeri hilang, dapat dilakukan rehabilitasi otot untuk memperkuat otot pinggang dan perut.
Jika terapi non-pembedahan tidak mengatasai sakit, kemungkinan diperlukan terapi invasif, seperti radio frekuensi, bedah invasif minimal dengan endoskopi, bahkan pembedahan terbuka.
Dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatologi dari RS Premier Jatinegara Indra Peni mengatakan, berkat kecanggihan teknlogi, sudah dapat dilakukan rekonstruksi dan pemasangan implan untuk menggantikan tulang yang rusak pada pinggul dan lutut.
"Keluhan utama pasien yang bermasalah dengan tulang pinggul biasanya nyeri yang sampai mengganggu aktivitas harian dan rentang pergerakan," ujarnya. Risiko infeksi pascaoperasi sudah bisa ditekan di bawah tiga persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar