Jumat, 18 Januari 2013

Makanan Berlemak Juga Dapat Menyebabkan Depresi

Makanan Berlemak Juga Dapat Menyebabkan Depresi

makanan tinggi lemak
Selain meningkatkan resiko diabetes, stroke dan tekanan darah tinggi sekarang kita mempunyai lebih banyak alasan untuk menghindari makanan tinggi lemak. Tidak hanya tubuh kita yang terpengaruh oleh makanan berlemak tetapi pikiran kita juga menjadi lebih tidak sehat.

Sebuah penelitian yang dimuat dalam timesofindia dan dipublikasikan dalam International Journal of Obesity, menemukan makanan tinggi lemak memang enak tetapi ini justru memiliki kualitas adiktif dimana orang bisa kecanduan yang mengarah pada keadaan depresi.
Makanan yang mengandung sejumlah lemak jenuh yang tinggi seperti hamburger, es krim, mentega dan keju telah terbukti menyebabkan proses peradangan di seluruh tubuh tidak terkecuali otak.
Peradangan yang terjadi dapat mengarah pada suasana hati yang negatif. protein dalam otak akan dirubah oleh asam lemak dalam makanan yang mengakibatkan perubahan emosional. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi kestabilan emosi dan akhirnya bisa menderita serangan depresi dan kecemasan.
Dr Stephanie Fulton, yang menulis laporan studi ini mengatakan, "Dalam jangka pendek, diet makanan tinggi lemak memang menyenangkan, tetapi dalam jangka panjang, dan dengan meningkatnya adipositas (massa lemak) itu memiliki efek negatif pada suasana hati. Kita tahu diet yang merupakan kontributor besar terhadap epidemi obesitas di seluruh dunia. "
Studi lain yang dimuat di chinapost juga senada dengan penelitian diatas. Penulis buku wide-reaching study dari Universitas Navarra dan Las Palmas de Gran Canaria, menelusuri dan menganalisis diet dan gaya hidup lebih dari 12.000 orang relawan selama enam tahun.
Ketika studi dimulai tidak ada dari relawan tersebut yang menderita depresi tetapi pada akhir studi ada 657 orang dari relawan yang terdiagnosis depresi.
"Partisipan dengan peningkatan konsumsi lemak trans (lemak yang ditemukan dalam industri kue dan fast food) diketahui mengalami peningkatan resiko depresi hingga 48 persen dibandingkan dengan partisipan yang tidak mengkonsumsi lemak tersebut" kata kepala penulis penelitian.
Almudena Sanchez-Villegas, profesor kedokteran pencegahan di University of Las Palmas de Gran Canaria, juga mencatat bahwa dalam hal "saat lebih banyak lemak trans yang dikonsumsi, semakin besar efek berbahaya yang ditimbulkan."
Laporan tersebut menunjukkan bahwa saat ini jumlah penderita depresi di dunia adalah sekitar 150 juta orang, dan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut penulis kenaikan ini disebabkan, "perubahan radikal dalam mengkonsumsi sumber lemak yang dikonsumsi dalam diet Barat, di mana kita telah menggantikan beberapa jenis lemak yang bermanfaat - lemak tak jenuh ganda dan lemak tak jenuh tunggal dalam kacang-kacangan, minyak sayur dan ikan - digantikan dengan lemak jenuh dan lemak trans -lemak yang ditemukan dalam daging, mentega dan produk lainnya seperti kue-kue yang diproduksi secara masal dan makanan cepat saji. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar