Akhir-akhir
ini banyak beredar pembalut wanita dengan embel-embel antibakteri,
produk herbal, dan antidioksin. Orang awam tak jarang bingung dalam
memilih pembalut wanita yang baik plus menyehatkan alias tak memunculkan
penyakit baru.
Menurut dr Rachmad Poedyo Armanto SpOG, sebenarnya tak ada kategori
khusus dalam pemilihan pembalut wanita. Yang penting, pembalut tersebut
dapat menyerap darah haid. ”Hal itu terpenuhi ketika pembalut sering
diganti,” ujarnya.
Jika dirasa pembalut sudah ”penuh”, bisa segera diganti. Berapa kali sebaiknya mengganti pembalut? Tak ada ketentuan khusus. Sebab, jumlah darah menstruasi yang keluar sangat individual.
Pada masa awal menstruasi, darah haid yang keluar sangat banyak. Jika demikian, seseorang perlu lebih sering mengganti pembalut. ”Dalam sehari, bisa ganti pembalut lebih dari tiga kali,” tutur spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Mitra Keluarga Waru tersebut.
Rachmad mengatakan, tingkat keasaman vagina berkisar pada pH 4,5. Menstruasi justru menghasilkan bahan sekresi yang cenderung bersifat basa. Karena itu, darah haid di pembalut yang tidak segera dibersihkan dapat menjadi media pertumbuhan bakteri ataupun jamur.
Ditambah, saat menstruasi, suasana di daerah kemaluan cenderung lebih lembap. Akibatnya, bakteri dan jamur semakin banyak berkembang biak. ”Sering mengganti pembalut mengurangi lecet pada daerah kemaluan,” terangnya.
Rachmad beranggapan, tak perlu menggunakan pembalut khusus dengan embel-embel tambahan bahan antibakteri, antidioksin, atau herbal. Sebab, darah haid keluar dari dalam liang senggama. Di daerah tersebut, terdapat kuman flora yang mempertahankan keasamaan vagina. ”Antibakteri di pembalut hanya bekerja di daerah kemaluan. Tak sampai masuk ke liang senggama dan vagina. Jadi, menurut saya, ya sia-sia menggunakan pembalut tersebut,” paparnya.
Bila jarang mengganti pembalut, tentu kuman akan berkembang biak. ”Jadi, intinya adalah sering mengganti pembalut,” tegas Rachmad. (ai/nda)
Jika dirasa pembalut sudah ”penuh”, bisa segera diganti. Berapa kali sebaiknya mengganti pembalut? Tak ada ketentuan khusus. Sebab, jumlah darah menstruasi yang keluar sangat individual.
Pada masa awal menstruasi, darah haid yang keluar sangat banyak. Jika demikian, seseorang perlu lebih sering mengganti pembalut. ”Dalam sehari, bisa ganti pembalut lebih dari tiga kali,” tutur spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Mitra Keluarga Waru tersebut.
Rachmad mengatakan, tingkat keasaman vagina berkisar pada pH 4,5. Menstruasi justru menghasilkan bahan sekresi yang cenderung bersifat basa. Karena itu, darah haid di pembalut yang tidak segera dibersihkan dapat menjadi media pertumbuhan bakteri ataupun jamur.
Ditambah, saat menstruasi, suasana di daerah kemaluan cenderung lebih lembap. Akibatnya, bakteri dan jamur semakin banyak berkembang biak. ”Sering mengganti pembalut mengurangi lecet pada daerah kemaluan,” terangnya.
Rachmad beranggapan, tak perlu menggunakan pembalut khusus dengan embel-embel tambahan bahan antibakteri, antidioksin, atau herbal. Sebab, darah haid keluar dari dalam liang senggama. Di daerah tersebut, terdapat kuman flora yang mempertahankan keasamaan vagina. ”Antibakteri di pembalut hanya bekerja di daerah kemaluan. Tak sampai masuk ke liang senggama dan vagina. Jadi, menurut saya, ya sia-sia menggunakan pembalut tersebut,” paparnya.
Bila jarang mengganti pembalut, tentu kuman akan berkembang biak. ”Jadi, intinya adalah sering mengganti pembalut,” tegas Rachmad. (ai/nda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar