Anoreksia seksual merupakan suatu kelainan psikologis serius yang dapat mengakibatkan depresi dan berbuntut perpecahan rumah tangga.
Kata anoreksia yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti tanpa nafsu makan. Istilah anoreksia seksual
digunakan untuk menggambarkan kondisi berkurangnya nafsu seksual.
Anoreksia seksual ini dapat terjadi pada siapa saja, baik pria maupun
wanita.
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, dr. Carnes menyatakan,
serupa dengan pengidap anoreksia makanan yang justru merasa ’kuat’ dan
’berkuasa’ apabila berhasil menolak menyantap makanan dan menentang
orang-orang yang menyuruhnya makan, pengidap anoreksia seksual juga
merasa bangga apabila mampu mengisolasi diri dari aktivitas seksual apa
pun.
Orang dengan gangguan ini tidak membenci
seks, tetapi tidak ingin terlibat dengan setiap aktivitas seksual sama
sekali dan bahkan akan menolak untuk berhubungan seks. Penderita
anoreksia seksual umumnya tertutup terhadap kondisinya tersebut karena
merasa malu atau ketakutan akan dikucilkan oleh orang-orang
disekitarnya. Seseorang yang mengalami gangguan ini selalu berusaha
mencari cara untuk menghindari seks dan bahkan pembicaraan yang mengarah
ke hubungan seksual.
Terlepas dari kenyataan bahwa penderita gangguan anoreksia seksual
selalu menjauhi aktivitas seksual, hal ini tidak menunjukkan bahwa
penderitanya tidak bisa menikah. Kehidupan seksual penderita anoreksia
seksual tentu saja kurang berkualitas.Anoreksia seksual bukan merupakan suatu penyakit, karena hal ini hanya merupakan sebuah kondisi pikiran. Gangguan ini dapat diobati dengan konseling oleh seorang terapis seks yang dapat membantu penderita untuk mengatasi ketakutannya terhadap seks.
Gejala Anoreksia Seksual
Tidak semua pengidap anoreksia seksual
dapat dideteksi dari luar. Sebab, sering kali gejalanya tertutupi oleh
gejala kelainan lain. Berikut gejala penderita anoreksia seksual:
1. Menurunnya hasrat berhubungan seks
2. Makan berlebih untuk membuat diri tampil tidak menarik bagi lawan jenis
3. Bekerja berlebihan untuk menghindari seks
3. Bekerja berlebihan untuk menghindari seks
4. Tidak senang membicarakan tentang seks
Dokter Carnes menjelaskan, penyakit ini mampu muncul ke permukaan dengan
mengenakan bermacam-macam ’topeng’. Walau terbilang sukar dideteksi,
bukan berarti kondisi ini tidak dapat diatasi.
Penyebab Anoreksia Seksual
1. Pelecehan seksualPenyebab utama anoreksia seksual yang paling sering terjadi adalah pernah mengalami pelecehan seksual. Hal ini membuat korban pelecehan seksual merasa takut terhadap seks dan menjauhi segala hal yang menjurus ke hubungan seksual seperti berpelukan atau berciuman.
2. Penolakan seksual
Beberapa orang dapat mengembangkan anoreksia seksual jika sering mengalami penolakan soal seks oleh pasangannya. Hal ini dapat mempengaruhi psikologisnya dan mulai menghindari seks karena takut tidak dapat melakukannya dengan baik.
3. Pemerkosaan
Pemerkosaan adalah faktor lain yang dapat membuat wanita mengalami anoreksia seksual. Korban pemerkosaan akan membenci semua tindakan dari setiap aktivitas seksual. Penyiksaan mental dan fisik selama pemerkosaan membuatnya merasa sedih dan mengalami ketakutan yang luar biasa terhadap seks.
4. Kecanduan video porno
Menurut sebuah penelitian di Italia, beberapa pria tidak mampu mendapatkan ereksi karena telah kecanduan video porno sejak masih remaja. Pecandu pornografi tidak hanya mengalami gangguan psikologis saja, tetapi juga telah mempengaruhi sistem di otak yang akan menyebabkan anoreksia seksual.
Otak pria yang kecanduan terhadap gambar atau video porno kehilangan kemampuan merespons sinyal dopamine,
yaitu hormon yang mengalirkan rasa senang, yang bisa didapatkan salah
satunya dari berhubungan intim dengan pasangan. Mereka cenderung
menginginkan pengalaman ekstrem terlebih dahulu agar terangsang.
Terlebih jika mereka hobi menonton pornografi sejak remaja.
5. Korban penindasan seksual.
Mereka yang seringkali mengalami penindasan seksual, entah akibat faktor budaya, sosial, atau kepercayaan yang benar-benar “mengharamkan” segala hal berbau seksualitas.
Mereka yang seringkali mengalami penindasan seksual, entah akibat faktor budaya, sosial, atau kepercayaan yang benar-benar “mengharamkan” segala hal berbau seksualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar