Sulit Tidur Pada Pasien Penderita Jantung
Pada praktiknya, psikiater dan dokter jantung harus mewaspadai bahwa terjadinya, manifestasi klinis dan perjalanan penyakit jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Lain dari itu juga kondisi mental seseorang akan terpengaruh ketika mengetahui dirinya mengalami gangguan jantung.
Dalam dua bulan ini, saya bertemu dengan beberapa pasien jantung yang telah mengalami kateterisasi (balonisasi) dan pemasangan stent jantung (ring). Pasien yang akan saya ceritakan ini datang ke saya karena kesulitan tidur.
Pasien
ini mengalami kesulitan tidur ketika mulai merasakan jantungnya tidak
nyaman sebelum dilakukan kateterisasi. Ketika akhirnya memeriksakan diri
ke dokter jantung dan akhirnya dilakukan prosedur kateterisasi, pasien
menginginkan sebenarnya keluhan sulit tidurnya akan berkurang atau tidak
ada sama sekali.
Namun pada kenyataannya pasien
tetap mengalami kesulitan tidur. Pasien mengatakan bahwa rasa cemas
sudah tidak ada lagi sebenarnya setelah mengetahui bahwa jantungnya
memang bermasalah dan sudah diobati. Tetapi kesulitan tidurnya masih ada
sampai sebelum kontrol ke saya. Pasien sebelumnya sudah berobat ke
psikiater dan diberikan obat tidur golongan benzodiazepin tetapi tidak
membantu banyak. Pasien masih kesulitan memulai tidur.
Ketika
kontrol ke saya, akhirnya saya melihat bahwa selain sulit tidur, afeksi
suasana perasaan pasien juga sudah depresif. Pasien sangat tidak nyaman
dengan kondisi sulit tidurnya dan merasa mulai mengalami gejala-gejala
depresi. Pengobatan dengan antidepresan diberikan selain juga memberikan
obat untuk membantu tidurnya saat ini. Sebulan pengobatan pasien sudah
mulai bisa merasakan tidur yang nyenyak dan merasa sudah jauh lebih
nyaman dibandingkan sebelumnya. Rencana pengobatan dengan antidepresan
dilanjutkan sampai 6 bulan ke depan dan obat tidur akan direncanakan
diturunkan sampai tidak sama sekali.
Sulit tidur, cemas dan depresi
Kesulitan
tidur bisa disebabkan banyak faktor. Selain faktor kondisi melatonin,
suatu zat di dalam otak yang membantu proses tidur juga kesulitan tidur
sering disebabkan karena gangguan kejiwaan seperti cemas dan depresi.
Biasanya kesulitan tidur yang dialami adalah sulit memulai tidur atau
sulit mempertahankan tidur. Pada beberapa orang, ada yang bangun terlalu
pagi dan susah kembali tidur.
Pasien jantung
memang sering mengalami kecemasan baik yang memang sudah menjalani
prosedur kataterisasi ataupun yang hanya dengan pengobatan saja. Hal ini
tentunya karena sistem saraf otonom yang terpicu kalau pasien cemas
sangat berhubungan dengan kerja jantung dan pembuluh darah. Tidak heran
banyak dokter jantung yang memberikan pasien juga obat penenang pada
pasien yang mengalami kondisi jantung atau riwayat serangan jantung.
Sebenarnya
diharapkan ada pendekatan biopsikososial pada pasien yang mengalami
kondisi sakit jantung. Penelitian terakhir mengatakan bahwa gangguan
depresi merupakan faktor independen terjadinya infark (sumbatan) pada
jantung. Hal ini menjelaskan bahwa kondisi gangguan kejiwaan bisa
menyebabkan terjadinya gangguan jantung jika tidak ditangani dengan
baik.
Kecemasan atau yang lebih dikenal awam
sebagai stres juga sangat mempengaruhi kerja jantung. Kerja sistem saraf
otonom yang juga mengatur kerja jantung merupakan sistem yang terpicu
ketika seorang cemas. Tidak heran kita sering mengalami berdebar-debar
ketika terjadi stres, marah atau gangguan kecemasan lainnya.
Untuk
itulah, pendekatan psikosomatik dalam hal ini berkaitan dengan kondisi
kejiwaan pasien jantung sangat penting. Obat-obat jantung memang perlu,
tetapi menjaga kesehatan jiwa pasien jantung baik dengan pengobatan
ataupun psikoterapi juga sangat penting dilakukan. Hal ini agar pasien
jantung juga mencapai suatu kualitas hidup yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar